Photo: Jo & Navan
Text & Editing: Navan
___________________________________________________________________________
LOST itu sebenarnya merupakan serial TV yang sudah tayang sejak 2004. Tapi baru sekarang saya menyaksikan season 1-nya. Dan saya langsung dibuat tergila-gila sama serial TV yang satu ini.
LOST menceritakan tentang jatuhnya sebuah pesawat di sebuah pulau di lautan pasifik, dan sejumlah orang yang selamat dari kecelakaan tersebut mau tidak mau harus berusaha bertahan hidup di pulau tersebut. Mereka yang selamat, yang memiliki latar belakang dan masa lalu yang berbeda, perlahan saling mengenal satu sama lain. Mereka harus survive secara bersama-sama untuk menghadapi pulau yang penuh misteri. Dan saat satu per satu misteri mulai terkuak, mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka saling terkait, dan terdamparnya mereka di pulau ini bukanlah suatu kebetulan!
Melihat serial ini jadi mengingatkan saya dua minggu lalu. Saat saya dan beberapa teman saya melakukan perjalanan ke pulau Sempu. Dan entah mengapa saya jadi terinspirasi untuk menulis postingan ini seolah-olah semacam spin-off nggak penting dari serial LOST, hehehe...
***
The Casts of Lost: Sempu Experience. Gina, Zulfan, Pras, D.A, Jo, Navan
The Characters:
Pras – The Keeper: Berbekal sejumlah pengalaman seperti mendaki Gunung Lawu, serta menjadi salah satu yang dituakan dalam kelompok ini, menjadikan Pras merasa paling bertanggung jawab dalam ekspedisi ini. Sesekali ia berada di depan untuk membuka jalan, atau berada di belakang untuk menjaga anggota lainnya.
Jo – The Photographer: Menemani Pras sebagai salah satu yang dituakan dalam rombongan ini. Pernah menjabat sebagai Pimpinan Produksi dalam BPPM Equilibrium. Ditemani dengan kamera pro miliknya, maka dia pun menjadi fotografer dalam kelompok ini. Suka memotret model, sehingga dalam ekspedisi ini pun ia melakukannya dengan Zulfan dan Gina sebagai modelnya.
Zulfan – The Clown: Melakukan perjalanan ke sempu telah menjadi obsesinya dalam beberapa minggu sebelumnya. Maka di sempu ini ia berusaha menikmatinya senyaman mungkin. Tingkah lakunya yang menyenangkan menjadi hiburan di tengah kebosanan. Mulai menjadi model fotografinya Jo, hingga mengajak tidur bersama di Pantai Sepanjang.
D.A – The Chef: Selama di Jogja ia menginap di rumah tantenya dan sering membantu memasak. Saat student exchange di Singapura pun ia terkadang memasak sendiri. Sehingga di kelompok ini ia mampu melaksanakan amanah sembagai kepala juru masak. Padahal masakannya cuma mie-nasi-sarden.
Gina – The Assistant: Sepupu Jo. Sekalipun menjadi anggota yang paling baru dikenal, namun ia dapat melakukan berbagai hal. Membantu D.A dalam urusan masak memasak, cukup kuat membawa carrier saat melakukan perjalanan, hingga menjadi model fotografinya Jo!
Navan – The Writer: Barang bawaan paling sedikit, tidak membawa barang-barang kelompok, cepat lelah saat melakukan trekking, dan tidak bisa memasak. Entahlah, yang bisa dia lakukan cuma menulis catatan perjalanan ini, hehehe...
***
Perjalanan menuju ke Malang tidak semulus yang dibayangkan. Kereta Gaya Baru dari Jogja ke Surabaya sempat mengalami mogok. Melakukan tawar menawar untuk menyewa mobil pun cukup alot. Hingga akhirnya kami baru tiba di Pantai SendangBiru pada saat senja. Kabar baiknya, kami tidak usah membayar tiket masuk Pantai SendangBiru. Sedangkan kabar buruknya lebih banyak lagi...
Kami menyewa kapal dari dari seorang nelayan bernama Bu Mamik. Tapi sebelumnya kami harus izin ke pihak pengelola kawasan cagar alam pulau Sempu. Setelahnya kami pun bisa melakukan penyeberangan ke Pulau Sempu.
Rintangan bahkan mulai muncul sejak kami baru memulai perjalanan. Saat mau menaiki perahu, kami harus berhati-hati terhadap ubur-ubur yang sengatnya bisa membuat lumpuh. Perjalanan dalam perahu menjadi sedikit menegangkan. Selain kami berlima ada sepasang suami isteri muda. Begitu tiba di Teluk Semut pun matahari telah terbenam. Suami isteri muda yang bersama kami segera memasuki hutan yang gelap. Sementara kami berlima membangun tenda. Bulan purnama sedikit membulat. Pulau Sempu saat malam hari memang mistis.
Belum selesai memasang tenda, sepasang suami isteri tadi kembali muncul dari hutan. Mereka bilang kalau memasang tenda di Teluk Semut, air laut bakal pasang dan kami bakal tenggelam. Waks! Segera saja kami membereskan tenda dan segera ikut masuk ke dalam hutan.
Tujuan kami adalah mencapai Segara Anakan. Dan melakukan trekking malam hari adalah hal yang membuat kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kami harus menyalakan senter agar tidak tersesat. Kalau tersesat bisa sangat bermasalah. Akar-akar pepohonan membuat kami berkali-kali tersandung. Untung sang suami sebelumnya pernah ke Pulau ini, sehingga ia bisa memandu kami.
Setelah tersandung-sandung selama tiga jam, akhirnya kami tiba di Segara Anakan. Di sini kami pun segera memasang tenda dan segera melepas lelah di bawah terangnya bulan purnama. Malam pembuka yang sangat berkesan...
***
Matahari terbit dengan terhalang bebatuan karang yang mengelilingi Segara Anakan. Dan semakin tinggi matahari, semakin jelas keindahan Segara Anakan. Airnya sedikit berwarna hijau dari kejauhan, namun sangat bening jika dilihat dari dekat. Karena segara anakan merupakan danau dengan bocoran air laut, maka air di Segara Anakan sangat tenang, namun asin seperti air laut. Terlihat pula lubang masuk air laut dengan sesekali semburan ombak masuk di dalamnya.
Pagi itu hampir kami habiskan untuk bersenang-senang. Berenang, mengambil gambar, atau naik ke atas karang untuk melihat laut lepas. Katanya kalau sore hari air di Segara Anakan akan menyusut dan kita bisa mendekat ke arah goa.
Siangnya kami mencoba mencari jalan untuk menuju ke pantai kembar. Saat itu kami mencoba untuk mendaki bukit yang membatasi Segara Anakan dan Pantai Kembar. Dengan kemiringan yang cukup curam, mau tidak mau sesekali kami hharus berpegangan pada tumbuhan dan menahan diri untuk tidak jatuh.
Setelah bersusah payah mencapai Pantai Kembar, kami baru menyadari bahwa ternyata ada sebuah ruas jalan setapak yang menghubungkan Segara Anakan, Pantai Kembar, dan Pantai Sepanjang. Hargh, kami gondok.
Pantai sepanjang menjadi pantai terbaik yang kami kunjungi di Pulau Sempu. Selain areanya yang cukup panjang, kita dapat melihat berbagai batu karang yang sangat memanjakan mata. Saat sampai di Pantai Sepanjang pada pukul satu siang, Zulfan mengajak kami untuk tidur bersama di bawah pohon.
Begitu kami kembali ke Segara Anakan saat senja, daerah tersebut jauh lebih ramai dari kemarin malam. Maklum saja malam itu malam minggu. Dan kami pun sangat menikmati malam minggu di bawah bulan purnama sambil mengobrol satu sama lain hingga bermain tebak-tebakan.
***
Kesokan harinya kami pun bersiap pulang. Dan dalam perjalanan kami baru menyadari bahwa jalan yang kami tempuh selama tiga jam dan tersandung-sandung pada saat trekking malam ternyata jalan yang cukup lebar dan jelas. Dan dari Segara Anakan ke Teluk Semut ternyata hanya cukup menghabiskan satu jam saja!
Pulangnya, kami menuju Terminal Arjosari bersama mobil sewaan saat berangkat. Nama sopirnya adalah Pak Kholik. Beliau sangat baik, bahkan kami sempat diajak ke rumahnya dan menyantap masakan isterinya. Saat mencari oleh-oleh pun kami diajak menuju sentra oleh-oleh keripik buah di daerah Sanan, Malang.
Satu hal yang cukup berkesan di Sempu adalah, saya sempat berbicara dengan suami dan istri yang telah baik hati memandu kami pada saat trekking malam. Mereka berdua bernama Kak Ijul dan Kak Eka. Saya sempat mengobrol dengan kak Eka. Saat kuliah dia mengaku suka menjadi penikmat alam. Saat kami mengobrol soal tempat-tempat menarik dan saya memberitahu kalau saya dari Jember, dia malah berkata kalau di jember banyak tempat yang jauh lebih menarik, seperti Pulau Nusa Barong dan Taman Nasional Meru Betiri.
Saat saya mengobrol dengan salah seorang pengunjung Sempu bernama Mas Zaki, dia juga mengatakan hal yang sama seperti mbak Eka. Bahkan dia pernah melakukan trekking di Pulau Nusa barong yang menghabiskan waktu satu minggu.
What!? Jauh-jauh saya pergi ke Sempu, dan di sini saya malah bertemu dua orang yang mengatakan kalau Jember punya sejumlah tempat yang lebih menarik? Sebagai orang Jember yang tidak terlalu tahu Jember, saya jadi sangat malu...
***
Kembali ke LOST, ternyata cerita Sempu ini jadi nggak bisa disambungin banget sama LOST! Hehehe... yasuda, lah! Saya mau nonton lagi yang season 2, sambil menunggu dua tokoh LOST favorit saya bernama Hugo dan Sun...
15 komentar:
suka suka banget foto pertamanya... sebagai orang yang kadang2 liat lost walo kepotong potong, hahaha... fotonya cakep2 van
tumben ga ritmitik...
btw bun, kayaknya enak ya buunnn jaln di sempuuu..
tapi napa ya?
agak kurang pengen ke sempu,,
apa garagara aq anak pantai ya??wkwk
wawaw, fotonya mantab2..mwehe..
asik ya jalan2 terus..hhe
@ Wana
iya, kali, wan? itu tandanya kamu harus pindah rumah, hehehe...
@ Ferzya
hehehe... kan fotonya dah diedit di sotosop...
ya Allah mas..
bagus banget.
EQ ke bali aja yuk!
weeew... jadi nyesel ga ikut ke sempu...
jadi nyesel foto2 ku ga bs jadi kyk gitu...
jadi nyesel-
kok malah nyesel2an di blognya orang -_-"a
W O W aja deh...
anjrit kamu mas navan!
*ups
bagus banget foto pertamanya. sangat mengundang.
aku I R I.
hiks.
-kin2-
bagus bun,
saia ndak yakin bs tough kaya kalian kalo ke p Sempu,
...
Kinkin adek kelas saya bilang saya pake kata-kata Anj*it, dan tidak disensor pula...
(shock)
mampuuus lost abisss, bagus nav sotopopnya! hahaha
sedang berencana membuat PDF perjalanan ke flores, mau jadi desainernya?
pan...kalo boleh tau...kamu pas ke sempu "tersiksa" gtu yak...kurang sreg gtu...cz mungkin ada ssuatu pd dirimu (cie...). buktinya...foto2mu sy yakin bisa lbih bagus dr ini...navan gtu...tp yasudahlah...toh fotonya memang ciamik (hehehehe...)
Huasyem the clown gitu --' mantap bun, kpn2 klo ke sempu lagi ngajak2. lho ???
yok jlajah jember,,,
akhirnya...
kau nulis juga cerita di sempu...
ngiri aq, blog u banyak penggemarnya....
fotonya juga mantaff coy....
van....ne aku ?? gmna gan hbs dr malang kah km ??
van...ne aku ?? gmn hbs dr malang km?? g sngja,,iseng" bk..tnyta ad postingmu...pgen ksna deh,, sempu...
Posting Komentar