Hari terakhir saya di Ujung Genteng, saya merasa gondok. Saya gagal melihat penyu bertelur malam hari karena hujan, saya juga gagal melepas penyu saat senja karena (lagi-lagi) hujan. Padahal salah satu tujan saya ke Ujung Genteng adalah untuk melihat-lihat penyu.
Kalau saya pulang dari Ujung Genteng dan belum melihat penyu, saya bakalan mati penasaran, nih!
Akhirnya saya membujuk Agra untuk mampir ke Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan sebelum saya pulang. Tak masalah saya tak bertemu dengan penyu, asalkan saya sudah mampir ke tempatnya.
Medan menuju ke Pantai Pangumbahan cukup susah bagi motor bebek yang kami tumpangi. Jika musim kemarau kita harus berhati-hati agar tak terpeleset terselip oleh pasir pantai yang cukup banyak. Jika musim hujan kita harus berhati-hati agar tak terjerumus ke dalam lumpur. Dan kami adalah salah satu korban yang terjebak ke dalam lumpur tersebut, haha...
Begitu kami tiba di Penangkaran penyu Pangumbahan, kami bertemu pak Asep, penjaga penangkaran tersebut. Kami lantas membarat 5000 rupiah sebagai retribusi, lantas kami mengobrol sebentar dengan pak Asep. Beliau menyayangkan kami datang tidak saat sore atau malam di mana kami bisa melepas penyu atau melihat penyu bertelur. Lantas beliau pun mengeluarkan baskom berisi sejumlah anak-anak penyu,“biar kalian bisa foto-foto”, kata Pak Asep. Ah, pak Asep tahu saja kebutuhan kami, hahaha...
Penyu memang unik, setelah bertahun-tahun dilepas di lautan luas, ia akan kawin dan bertelur di pantai yang sama. Setelah bertelur pun nantinya penyu tersebut akan kembali ke pantai yang sama untuk bertelur lagi. Jika ingin melihat penyu bertelur di malam hari, tidak diperbolehkan membawa senter atau sumber cahaya lain. Selain itu, datangnya penyu tak dapat diterka, kadang jam 12 malam, atau kadang kita harus menunggu hingga jam 3 pagi!
Menurut cerita Pak Asep, Penangkaran penyu Pantai pangubahan sebenarnya mulai berada di bawah Departemen Kelautan dalam beberapa tahun terakhir ini. Padahal Penangkaran ini sesungguhnya telah berdiri sejak 30 tahun yang lalu namun dipegang oleh swasta untuk keperluan jual beli telur penyu. Sekitar tahun 90an, mulai dilakukan penangkaran sekitar 50% dari telur penyu yang ada, sementara 50% yang lain diperjualbelikan. Sejak beberapa tahun yang lalu jual beli telur penyu mulai dilarang demi mencegah kepunahan, dan akhirnya penangkaran penyu Pangubahan pun berada di bawah departemen kelautan dan penangkaran telur penyu dilakukan 100%. Bahkan dapat dibilang penangkaran penyu Pangumbahan ini termasuk yang terbaik dan akan dijadikan model bagi penangkaran penyu di daerah lain di Indonesia.
Setelah puas bermain-main dengan anak penyu, saya dan Agra sempat mampir ke Pantai Pangumbahan itu sendiri. Dan pantai ini sendiri memiliki pasir putih dan jauh lebih bersih dibandingkan pantai-pantai lain di sepanjang Ujung Genteng. Kalau sudah ke penangkaran penyu dan Pantai Pangumbahan, saya tak perlu takut lagi jika nantinya saya mati penasaran, hahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar