Text & Editing: Navan
____________________________________________________________________
Day 3
Akhirnya sampai juga di hari ketiga. Bosan juga, nih! nulis rangkaian perjalanan koplak di Jember. Pada hari ketiga , kami berencana pergi ke pantai puger, pantai dengan perkampungan nelayan di selatan Jember. Kami berencana ke pantai puger dengan membawa beberapa misi. Yang pertama, sebelumnya kami tergoda oleh rayuan kakak saya, Mas Ayos, yang medorong kami untuk mampir ke pulau Nusa Barong, pulau di selatan Pantai Puger. Mas Ayos titip cerita dan liputan, sementara Koplak yang terobsesi dengan pulau Sempu, menaruh harapan agar bisa melampiaskan ke pulau Nusa Barong. Ibu juga ngga mau kalah, beliau titip beberapa ikan segar, dan udang laut segar.
Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 30 menit, kami pun tiba di pantai puger. Di sana kami disambut oleh Dendra Febriawan, teman saya sewaktu smp dulu. Di rumahnya kami disambut oleh keramahan kedua orangtuanya. Tak lupa kami dijamu dengan beragam makanan lezat. Nasi jagung, ayam bakar bumbu merah, ikan asin, lalapan, urap, lengkap dengan sambalnya. Hmm... yummy! Thanks, ya ndra, buat jejamuannya.
Sebelum berangkat ke pantai, ayahnya Dendra mewanti kami terlebih dahulu. Kata beliau, saat itu sedang musim hujan, angin laut dan ombak cukup kencang. Jangan harap ke Nusa Barong, lha wong pas cuaca biasa saja berbahaya, apalagi musim seperti ini. Tidak adanya nelayan yang melaut, secara otomatis kami juga dilarang ayahnya Dendra untuk membeli produk laut. Alasannya, produk-produk laut tersebut tidak segar. Musim seperti ini Pantai Puger otomatis tidak menghasilkan produk laut. Produk laut yang dijual di pelelangan ikan kemungkinan berasal dari Situbondo atau bali yang diangkut ke puger dengan menggunakan formalin sebagai pengawet!
Misi mas ayos tentang cerita Nusa Barong, obsesi Koplak ke Nusa Barong, dan produk laut titipan ibu tidak dapat diperoleh hanya gara-gara kami salah waktu berkunjung ke Pantai Puger. Tapi kami tidak kecewa, karena ternyata Puger mengahadirkan panorama yang sangat menawan, jauh melebihi perkiraan saya tentang pantai nelayan yang kumuh dan biasa saja. Ditemani Dendra sebagai guidenya (sampai bawa temennya yang preman biar bisa masuk gratis, tapi gara-gara saya bawa motornya ketinggalan, bayar deh! Hahaha...), kami diajak mengunjungi pantai puger, pelelangan ikan, hingga bukit kapur tempat ayah Dendra membuka usaha. Silahkan menikmati photoshoot kami yang telah diedit tentunya! Hahaha...
***
Hari terakhir Koplak di Jember, malamnya kami sekeluarga makan malam bersama. Kepribadian Koplak yang supel dan bersahabat, membuat keluarga saya sangat menerima kedatangannya. Hanya dalam waktu tiga hari, ia telah berhasil menjadi bagian dari keluarga kami. Memahami (understanding) Koplak yang unik, secara tidak langsung membuat saya memahami kota saya sendiri, Jember. Bahkan sebelum Koplak berkunjung ke Jember, saya belum pernah sama sekali ke beberapa tempat yang kami tuju kemarin. Ini membuat saya menjadi tahu beberapa tempat dan akses menuju ke sana.
Saya menyadari bahwa sebagian dari kota Jember masih asri dan hijau. Belum terjamah modernisasi luar. Sawah hijau, perkebunan karet, hingga perkebunan kopi, ternyata memberi pesona tersendiri. Terbukti koplak yang suka dengan alam, sangat menikmatinya.
Saya pernah meminta komentar tentang kota Jember ke Koplak. Menurutnya, kota Jember adalah kota yang masih cukup natural, hanya saja baginya Jember kurang berwarna. Katanya, maksud dari Jember kurang berwarna adalah tidak ada tempat-tempat seperti keraton atau candi. Hah? Ya jelas nggak ada, plak! Hahaha... tapi saya mengerti maksudnya. Artinya kira-kira adalah Jember kurang terasa unsur budayanya.
Sebelum rangkaian tulisan understanding koplak ini ditutup, saya akan memberikan beberapa fakta lain tentang koplak:
6. Keluarga kami biasa sarapan dengan ditemani kopi atau teh. Ketika hari pertama ditawarkan mau teh atau kopi, ia tanya, “kalau susu ada ngga?” hahaha... Untung keluarga kami punya susu, Hari-hari selanjutnya di Jember ia sarapan dengan susu.
7. Keluarga kami tidur di lantai satu. Kamar tamu ada di lantai dua. Koplak takut tidur sendirian. Ujung-ujungnya dia tidur di kamarku. Halah!
Understanding Koplak. End.
___________________________________________________________________
Thx for dendra yang udah jadi guide kami! Kapan-kapan aku maen-maen ke puger lagi, ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar