Minggu, 21 Februari 2010

Sepanjang Ujung Genteng

Sepulang dari Curug Cikaso hari sudah mulai sore. Saya dan Agra pun menuju Ujung Genteng. Jangan harap sepanjang perjalanan kami melihat pemandangan matahari senja, karena cuacanya sedikit mendung. Pertanda akan turun hujan nanti malam. Padahal kami berencana ingin melihat penyu bertelur di Penangkaran Penyu nanti malam.

Kami menginap di Losmen Deddy seharga IDR 150.000 per malam berupa pondok satu kamar untuk dua orang dengan kamar mandi di dalam. Harga awalnya lebih mahal, tetapi karena Agra sebelumnya pernah menginap di Losmen ini, dia pun bisa menawar hingga 50%!

Sebelum malam, kami sempat bermain-main di pantai karang Ujung Genteng. Maksud hati ingin mendapat senja, apa daya mendung menghadang. Kami pun bermain dan mengambil gambar ala kadarnya.

Kami makan malam dengan mie rebus di warung mi depan losmen. Dan sepertinya ini akan menjadi makanan kami hingga besok, karena harga warung nasi dengan ikan di daerah ini tidak murah. Sementara malamnya hujan deras. kami pun tak jadi melihat penyu bertelur di penangkaran penyu. Lantas apa yang kami lakukan? Mbathang di kamar bermain hape sepanjang malam. Menyesal saya tidak membawa semacam buku bacaan...

***
Pantai Ujung Genteng cukup panjang. Membentang dari Dermaga Tua hingga Cibuaya. Kontur dari pantai Ujung Genteng sendiri cukup beragam. Ada yang berupa pantai landai dengan pasir yang cukup putih, ada pula yang banyak karang, bahkan kita bisa bermain hingga ke tengah.
Maka hari berikutnya kami habiskan untuk bermain-main di sepanjang pantai Ujung Genteng. Paginya, setelah kami sarapan dengan nasi kuning dan sepotong tahu, kami segera menuju Dermaga Tua.

Dermaga Tua buat saya cukup menarik, entah mengapa. Mungkin karena reruntuhan sisa dermaga yang bercampur dengan pantai membuat area ini sangat menarik untuk dijelajahi. Apalagi didukung dengan langit pagi yang cerah, tempat ini pun menjadi cukup sempurnya untuk diambil beberapa gambarnya.

Dari Dermaga Tua ini kita bisa melihat dua sisi Ujung Genteng, sisi sebelah barat yang berupa pantai, dan sebelah timur yang terdapat kampung nelayan dan pelelangan ikan. Cukup banyak nelayan yang mencari ikan di sekitar area Dermaga Tua ini. Mereka juga bisa memancing di ujung dermaga yang menjorok ke tengah laut. Sementara saat saya ingin ke ujung dermaga, saya terhalang oleh reruntuhan dermaga yang cukup licin.


Sepulang dari dermaga tua, kami menyusuri pantai Ujung Genteng menuju Pantai Cibuaya. Ini juga merupakan perkampungan nelayan. Kami sempat mampir ke warung kopi sebentar, sementara Agra sempat mengobrol dengen beberapa warga di warung kopi. Sekedar mengetahui jalur ke Penangkaran Penyu dan beberapa tempat menarik lainnya.

Cukup mengasyikkan menghabiskan waktu sekitar pukul sepuluh siang dengan minum kopi di Kampung Nelayan Cibuaya.

***
Siangnya kami sholat Jum’at di sebuah masjid di dekat pelelangan ikan. Namun kami telat, Sholat Jum’at telah selesai dan kami pun hanya sholat Dzuhur. Setelah ini kami berencana beristirahat sebentar, dan sorenya akan kami berencana ke Penangkaran Penyu untuk melepas anak penyu, dan malamnya kami berencana menyaksikan penyu bertelur di Pantai Cibuaya.

Tapi semua rencana tersebut dalam sekejap berubah menjadi kentut. Hujan deras melanda Ujung Genteng dari sore hingga malam. Saya benar-benar mbathang di kamar. Mau apalagi, ini resiko melakukan perjalanan musim hujan...

Tidak ada komentar: