Senin, 08 Februari 2010

Saya Adalah Pejalan Gagal


Oke, awal liburan ini saya tidak memiliki rencana apa-apa, hingga akhirnya saya memutuskan untuk pergi sendirian ke Jawa Barat dan pergi ke Ujung Genteng. Pertama kali tahu Ujung Genteng dari album facebook salah seorang kakak kelas SMA. Setelah itu saya banyak mendapat informasi dari Kaskus. Dan Alhamdulillah, meski rencana saya cukup dadakan, tapi saya berhasil mencapai daerah tersebut bersama salah seorang teman SMA bernama Agra.


Tapi sayangnya, saya tidak akan menceritakan lebih jauh tentang Ujung Genteng, melainkan curcol mengenai hikmah dari perjalanan ini.


Kabar baiknya, untuk sementara saya merasa bangga bisa melakukan perjalanan dan perencanaan awal seorang diri (meski pada akhirnya saya banyak mendapat bantuan dari kawan-kawan). Dan saya bangga. Karena bagi orang yang tidak berprestasi seperti saya, pencapaian-pencapaian informal seperti ini seolah menjadi indikator peningkatan kualitas diri. Dan ketika saya berhasil mencapai Ujung Genteng, tanpa bantuan kakak dan teman-teman CLR yang selama ini banyak membantu saya, saya seolah merasa kemandirian saya naik satu level.



Tapi apakah itu benar?

Karena begitu saya pulang dari Ujung Genteng, saya langsung kembali ke realitas yang sesungguhnya. Saya kedodoran bayar SPP karena bersinggungan dengan perjalanan ini (saya malas cerita detailnya). Dan itu adalah sebuah bukti bahwa saya belum berhasil memilih prioritas dalam sejumlah pilihan.


Yang kedua, pulang dari Ujung Genteng saya sakit seminggu, perut kembung dan maag (sepertinya). Ini menjadi sebuah pertanyaan besar, bagaimana mungkin saya melakukan perjalanan kembali setelah dua kali mengalami sakit pascaperjalanan (sebelumnya saat pulang dari pulau sempu).


Bayar SPP sudah beres dan sakit sudah sembuh. Tapi saya kembali bertanya, apakah saya sesungguhnya telah siap fisik dan mental dalam melakukan setiap perjalanan? Apakah saya benar-benar naik satu level kemandirian dalam perjalanan ini?



Jawabannya: jika seandainya ini adalah sebuah mata kuliah 3 sks, maka saya mendapat nilai E dan saya harus mengulang suatu saat nanti. Perjalanan ini tak lebih dari sebuah perjalanan yang kekanak-kanakan. Perjalanan ini gagal membawa saya menuju pribadi yang lebih baik. Saya, untuk sementara ini, adalah pejalan gagal.


Pfffhhh.... lelah sekali. Tapi setidaknya untuk mata kuliah Dasar-Dasar Mengambil Hikmah saya dapat nilai A, hehehe...


4 komentar:

Annisa Prasetio mengatakan...

next time better stronger and happier ya navan :)

amalia insan kamil mengatakan...

om nabun. kenapa anda tidak mengajak saya padahal rumah saya kan di tangerang huhu. pantainya bagus banget

Sasmita Dini mengatakan...

Dasar dasar Mengambil Hikmah atau Metode Kuantitatif Pengambilan KeHIKMAHan?
hehe
padahal kamu bilang pantainya jelek, tapi di foto gambarnya lumayan juga =)

Agra mengatakan...

haha dasar navan..maaf ya mungkin jadi sakit gara2 gw terlalu ngebut pulangnya dan kita hujan2an :p