Minggu, 21 Februari 2010

Cuaca Cerah Curug Cikaso

Saya dan Agra tiba di desa Surade pukul dua siang. Setelah makan siang di sebuah warung, kami memutuskan untuk mampir ke Curug Cikaso yang berada sekitar 10 km dari Desa Surade. Pertimbangan kami, selain waktu masih jauh dari senja, langit juga tidak terlihat mendung. Sebuah kondisi cuaca yang jarang dijumpai saat musim hujan. Jadilah kami merasa saat itu merupakan waktu yang tepat untuk mampir ke Curug Cikaso.

Saat tiba di pintu masuk, kami tidak langsung dihadapkan pada lokasi Curug, tetapi ada dua pilihan jalan yang bisa dilakukan, apakah berjalan kaki sekitar 10 menit melalui jalan setapak di sawah, atau menyewa perahu untuk menyusuri sungai Cicurug seharga IDR 80.000/kapal dengan kuota maksimal 12 orang. Tentu saja kami awalnya memilih menyusur jalan setapak karena harga kapal yang tak masuk akal jika hanya ditumpangi kami berdua. Tetapi setelah para ojek kapal membujuk dengan harga 35.000 untuk kami berdua, kami pun terbujuk dengan rayuannya. Alasan saya sendiri, sih, saya penasaran dengan suasana menaiki kapal menyusuri sungai Cicurug.

Oke, sangat menyenangkan menyusuri sungai Cicurug yang hijau dan dengan hutan di kiri-kanan sungai. Tapi yang membuat saya gondok setengah mati, ternyata jarak dari pintu masuk menuju Curug Cikaso hanya ditempuh selama 1 menit saja. Mau tak mau jika dibandingkan dengan harga perahu yang kami bayarkan tadi, ternyata sangat mahal!

Curug Cikaso merupakan air terjun yang bersal dari sungai Cicurug (ci berarti sungai, curug berarti air terjun), tetapi banyak orang yang menamainya Curug Cikaso karena aliran air terjun ini akan bertemu dengan sungai Cikaso yang lebih lebar.

Jika diperhatikan, Curug Cikaso termasuk tipe air terjun yang cukup lebar yang terdiri dari tiga bagian air terjun. Tingginya sendiri sekitar 30 meter. Menurut informasi dari pak Mumuh, yang tadi mengantarkan kami lewat kapal, Curug Cikaso sendiri baru mulai ramai dikunjungi pada sekitar tahun 2006. Dan baru-baru ini pemerintah daerah mulai mengembangkannya menjadi objek wisata dengan cara memperbaiki jalan dan mempermudah akses menuju Curug Cikaso.

Bahkan saat kami berada di lokasi curug tersebut, Pak Mumuh yang ternyata juga menjabat sebagai ketua paguyuban yang mengelola Curug Cikaso, sedang membangun semacam pos penjagaan di dekat area curug yang nantinya akan berfungsi sebagai pengawas keselamatan para wisatawan.



Sebelum kami pulang, kami sempat mampir ke kantor Paguyuban Pengelola Curug Cikaso. Mereka menjelaskan bahwa sebenarnya mereka memiliki sebuah paket perjalanan dengan perahu yang lebih jauh dan lebih mahal. Paket tersebut adalah mengunjungi Curug Cikaso, Gua Aul (gua yang katanya masih belum banyak dikunjungi dan cukup bagus), Hulu sungai Cikaso, dan Muara Cikaso. Dengan kuota maksimal 12 orang, per perahu dipatok seharga IDR 600.000. Ada yang berminat?

1 komentar:

Sasmita Dini mengatakan...

mauuu dah kalau ada kesempatan ke sini =)
saia dejavu ngeliat foto-fotonya, hehe