Selasa, 17 Maret 2009

The Process, The Answers

Terkadang kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus kita jawab. Mulai dari soal ujian, pertanyaan teman, hingga pertanyaan-pertanyaan renungan hidup. Jika sudah punya jawaban, selamat! Jika belum, bagaimana kita harus mencarinya?

Jamal, tokoh dalam film Slumdog Millionaire memperoleh hadiah 20 juta rupe karena jawaban dari soal kuis ternyata berkaitan dengan proses kehidupannya, takdirnya. Dalam film Little Miss Sunshine, keluarga Hoover mendapatkan jawaban-jawaban tak terduga dalam proses perjalanan mengantarkan Olive Hoover menuju kontes kecantikan Little Miss Sunshine. Sedangkan lewat film Into The Wild, Christopher Johnson McCandless harus menuju Alaska demi memperoleh kebebasan dalam hidupnya, tetapi jawaban hidupnya justru didapatkan dalam perjalanannya menuju Alaska.

Jadi jangan khawatir jika anda sudah berusaha mencari jawaban, tetapi belum menemukannya, atau menemukan jawaban, tapi jawaban yang salah. Sebab jawaban yang sesungguhnya justru terletak di dalam proses ketika anda mencarinya. (sok bijak! Hehehe...)

***
Sebelum kemenangannya dalam oscar memotivasi saya untuk melihat film ini, sebelumnya saya telah sedikit termotivasi dari pemujaan kakak saya terhadap film ini. Pemujaan tersebut terlihat dari cara ia mengutarakan komentarnya di depan saya, hingga tulisan dalam blognya. Fuh... sebagus apa, sih?

Setelah berhari-hari mencari film tersebut di rental Wahana yang berjarak 3 menit dari kos saya (setiap kali ingin meminjam, selalu keluar), saya akhirnya mendapatkannya, dan menontonnya dengan teman kos saya, Wildan.

Slumdog Millionaire yang diangkat dari novel Q&A ini menceritakan kisah Jamal, seorang pegawai telekomunikasi di India yang memenangkan 20 juta rupee dalam acara kuis Who Wants to be A Millionaire. Dengan alur maju mundur diperlihatkan bahwa ternyata jawaban dalam setiap pertanyaan yang dilontarkan berkaitan dengan pengalaman hidupnya selama ini. Mulai saat ia tinggal di pinggiran kota Mumbai, menjadi anak jalanan, bertahan hidup dengan menjadi Guide di Taj Mahal, Keterlibatan kakaknya dengan mafia kota Mumbai, Hingga pencariannya akan wanita yang sejak kecil ia cintai, Latika.

Daya tarik film ini selain cerita yang cukup kuat, juga dikarenakan film ini begitu berani menyoroti realitas kehidupan kota mumbai, mulai kehidupan pinggirannya hingga sisi gelap kehidupan mafia kota Mumbai.

Mungkin karena digarap di tangan seorang sutradara Inggris bernama Danny Boyle, film ini menjadi sangat berbeda dari mainstream film India yang dikenal warga Indonesia selama ini, yang selalu diisi dengan adegan aktor bernyanyi sambil membawa bunga mengejar sang aktris yang bersembunyi di balik pohon.

Saya adalah penikmat drama, sehingga yang berkesan bagi saya adalah adegan terakhir, ketika Jamal bertemu Latika, dan dan ketika Jamal berlari diiringi flashback secara cepat mulai dari masa kecilnya hingga terakhir dia bertemu Latika.

Kakak saya mengutuk adegan penutup yang menari-nari ala India, yang dianggapnya merusak film tersebut. Sementara saya berpendapat lain. Bagi saya film India harus tetap ada adegan tariannya,selama itu sesuai porsi dan dianggap wajar.

Akhir kata, saya memahami mengapa Slumdog Millionaire mendapat 8 Oscar. Saya juga merasa rating 8.5 pada imdb.com adalah nilai yang pantas bagi film ini. Film yang digarap dengan sangat baik. Memiliki alur cerita yang sangat sesuai dengan penikmat drama seperti saya. Hanya saja pemujaan kakak saya terhadap film ini terlalu berlebihan ;)


***


Masih terlintas di benak saya ketika mendengar judul film ini pertama kali. Little Miss Sunshine, sebuah film komedi keluarga, dengan cerita yang cukup dangkal. Anggapan saya tersebut salah besar! Memang film ini memiliki bumbu komedi di dalamnya. Tapi cerita yang dangkal? No, no! Akan ditemui banyak memorable quotes di dalamnya, yang bagi saya cukup mengena.

Film ini mengisahkan tentang Olive Hoover yang akan mengikuti kontes kecantikan anak-anak Little Miss Sunshine. Karena suatu dan lain hal, seluruh keluarga Hoover mengantarkan Olive Hoover menuju California dengan menggunakan mobil VW kuningnya. Anggota keluarga tersebut terdiri dari Olive sendiri, kedua orang tuanya, Richard dan Sheryl, kakaknya, Dwayne, kakeknya, dan pamannya, Frank.

Sementara Olive akan mengikuti kontes Little Miss Sunshine, setiap anggota keluarganya memiliki masalah tersendiri. Richard adalah seorang motivator yang tidak sukses. Sheryl harus mempertahankan keluarganya yang kacau. Grandpa yang meski sudah tua tapi pecandu obat-obatan. Dwayne yang mengambil sumpah diam hingga ia masuk akademi angkatan udara. Dan paman Frank yang homo dan hampir melakukan usaha bunuh diri.

Perjalanan menuju California yang penuh kekonyolan, tanpa disadari juga harus dihadapkan pada kenyataan-kenyataan yang memberi jawaban pada setiap anggota keluarga Hoover. Akankah kenyataan-kenyataan tersebut mampu menyelesaikan permasalahan masing-masing?

Jarang-jarang saya melihat film yang berulang kali saya putar ulang pada adegan-adegan tertentu. Jarang pula saya mengingat pesan yang tertanam dalam sebuah film. Tapi film ini memberi kesan tersendiri bagi saya. Kesan tersebut baik dari fisik filmnya, adegan, tokohnya. Dan juga kesan dari pesan yang disiratkan. Film ini sungguh memberi kesan bagi saya.

Jika saya harus menyebutkan film apa yang paling berkesan dan memorable, secara subjektif saya akan memasukkan film ini ke salah satu daftarnya.

***
Film terakhir adalah Into the Wild. Saya mendapat rekomendasi film ini diantaranya dari Koplak dan Mbak Dini, dua orang yang saya anggap suka berpetualang, sehingga saya bisa menerka sebagian filmnya. Sebelumnya saya juga pernah melihat film ini dibahas di Oprah Winfrey Show. Tapi sebelumnya, karena Into the Wild diangkat dari buku dengan judul yang sama, seingat saya buku tersebut pertama kali saya tahu saat SMA dari teman saya, Wana Darma.

Into the Wild yang berdasarkan kisah nyata ini bercerita tentang seorang pria bernama Christoper Johnson McCandless yang baru saja lulus kuliah dengan predikat yang sangat baik. Namun kekesalannya pada kedua orangtuanya serta kejenuhannya akan kehidupan bermasyarakat, ia akhirnya memilih jalan berkelana menuju Alaska demi memperoleh kebebasan sejati serta merasakan kehidupan liarnya alam.

Saya sempat khawatir jika film ini hanya akan menceritakan kegiatan Chris di alam bebas saja. Jika itu terjadi maka saya sama saja dengan melihat film national geographic saja.

Ternyata tidak. Justru dalam perjalanannya menuju alaska, ia harus berinteraksi dengan sejumlah orang yang memberinya wawasan dan pengalaman baru. Mulai bertemu dengan sepasang suami istri gipsy, bertemu petualang asing yang ingin ke Las Vegas, belajar bertani dengan petani gandum, bertemu dengan kumpulan gipsy lagi, hingga bertemu seorang kakek yang telah menganggapnya sebagai cucunya sendiri.

Dan dari pertemuan-pertemuan tersebut tentulah ia mendapat begitu banyak pengalaman berharga, dan hal tersebut juga merupakan jawaban yang membantunya menjadi lebih dewasa dan lebih siap untuk meraih kebebasannya di Alaska.

Bagi saya film ini seolah membuat saya bermimpi kapan saya bisa melakukan perjalanan yang begitu mengesankan. Tapi saya langsung menyadari bahwa kecil kemungkinan saya mampu seperti Chris, karena kolesterol saya masih harus ditekan dan ditekan lagi. Tapi setidaknya film ini mampu menjadi inspirasi bagi saya, untuk suatu saat saya masih harus melihat luasnya dunia.

***
Selain tiga film di atas saya baru saja menonton The dark Knight (Halloo, itu film tahun kapan, ya? Kok baru nonton sekarang! Hahaha...) dan Ratatouille.

Meskipun cukup banyak orang yang mengagung-agungkan The Dark Knight, namun maaf, ya! Bagi saya The dark Knight belum memberi kesan lebih. Heath Ledger memang pantas menerima Best Supporting Actor. Seandainya jebakan permainan Joker menjadi andalan di film ini, maka entah mengapa saya membandingkan permainan Jigsaw dalam film Saw. Bagi saya masih menang Jigsaw. Tetapi jika saya mencoba membandingkan dengan film superhero sejenis, The Dark Knight memang menduduki urutan atas.

Sedangkan Film Ratatouille memang masih seperti film disney/pixar lainnya. Jika kemarin humanisme dalam Wall-E mengesankan bagi saya, maka humanisme pada tikus bukan hal yang baru, sebelumnya ada Mickey. Hanya saja bagian yang paling mengesankan adalah ketika bagian penutup sang kritikus masakan menuliskan hasil kritikannya. Adegan tersebut mengubah sudut pandang kita tentang dunia kritik-mengkritik yang kita kenal selama ini.
___________________________________________________________________________
more info visit imdb.com
all poster from impawards.com

7 komentar:

Journal Kinchan mengatakan...

Into The Wild tu film tooo??? takkira buku...
tau ngga to mas.. tiwas aku tu nyari2 di gramedia...gyahahahahaha goblok banget...
tapi mas navan, thx buat resensi na, aku jadi pengen nonton tiga-tiganya... :D:D:D

Anonim mengatakan...

slumdog pdhl mnurut ga heboh2 bgt. not my cup of tea la. pesan dibaliknya bagus tp shock factor e kurang. Heath Ledger mah yg bagus akting nya. bukan perkara jebakan2 a. >_< . nonton Vicky Christina Barcelona mas. apik

Ayos Purwoaji mengatakan...

"... Film yang digarap dengan sangat baik. Memiliki alur cerita yang sangat sesuai dengan penikmat drama seperti saya. Hanya saja pemujaan kakak saya terhadap film ini terlalu berlebihan ;)..."

hoho oke oke!
nice post!
(balas dendam MODE:ON)

Nining mengatakan...

iya...aku dah pernah nonton smua...bagus...cuma yang into the wild agak membuatku mengantuk, hahaha...

navan...bikinin resensinya goodwill hunting donk...
dah nonton belom????kata adeknya si semut bagus lo...

oiya...masukin blog-ku ke blogrollmu donk...

Sasmita Dini mengatakan...

pertamax!!hahaha,

wew, saia suka berpetualang? mungkin lebih layak dibilang "anak pingit" yang pengen dolan, hihihihi

Sasmita Dini mengatakan...

pertamax!!hahaha,

wew, saia suka berpetualang? mungkin lebih layak dibilang "anak pingit" yang pengen dolan, hihihihi

Navan mengatakan...

@kinkin
kin, Into The Wild itu film yang diangkat dari buku dengan judul yang sama. dulu wana pernah punya bukunya.

@Ian
tenang, yan, saya sangat mengakui akting Heath Ledger. apalagi saat joker jadi perawat yang ngeledakin rumah sakit! nice!

@aklam
Takut... hahaha...

@Mbak nining
Good will Hunting itu yang Ben Affleck ma Matt Damon, ya? tadi nyari di sewa vcd, tapi nggak ada... hiks!

@ Mbak dini
Anak pingit? hahaha...