Minggu, 02 Mei 2010

Goodbye, Parahyangan!


Kompas hari ini memuat satu ulasan khusus mengenai diberhentikannya kereta api bisnis Parahyangan karena jumlah penumpang yang terus menurun. Sebenarnya banyak pihak yang menyayangkan diberhentikannya kereta ini. Terutama yang sering bolak-balik Bandung-Jakarta  seperti para mahasiswa atau pekerja kantoran.


Saya membuat judul “Goodbye, Parahyangan!” seolah saya punya ikatan batin dengan kereta bisnis Parahyangan. Padahal kalau dipikir, saya hanya sekali menggunakan kereta bisnis Parahyangan, yaitu saat berkunjung ke Bandung dan Bekasi liburan kemarin. Bagaimana mungkin saya yang hanya satu kali naik kereta bisnis Parahyangan merasa punya ikatan batin?


***


Jadi, liburan kemarin, setelah puas berkunjung ke tempat teman di Bandung, saya akan berkunjung ke tempat om saya di Bekasi dengan menggunakan kereta bisnis Parahnyangan. Saya sendiri lupa harga tiketnya berapa. Namun yang jelas, saya tidak kebagian tempat duduk, mungkin karena penumpangnya cukup padat. Lantas saya pun duduk di pinggir pintu.


Ini yang menarik. Sepenjang perjalanan, ketika melewati daerah Padalarang (kalau tidak salah) dan berada di atas tol Cipularang, kita benar-benar di suguhi pemandangan yang memukau. Bagaimana tidak, daerah yang dilewati berupa perbukitan-perbukitan hijau yang mempesona. Bisa dibilang, tol Cipularang berada  di bagian bawah, sementara rel kereta api di daerah atas. Sehingga kita bisa melihat daerah padalarang secara lebih luas jika melihatnya dari sisi rel kereta api.


Karena saya duduk di pintu, saya pun mendapatkan sensasi tersendiri. Karena daerahnya berbukit-bukit, maka banyak sekali rel yang ditopang oleh jembatan. Dan setiap kali melewati jembatan, saya seolah berada di tepi jurang. Saya bisa melihat pepohonan serta sawah yang berada di bawah saya. Mungkin inlah hikmahnya saya tidak mendapatkan tempat duduk.


***


Sayang sekali jalur kereta ini diberhentikan. Saya pernah melewati jalur Surabaya-Jakarta, Surabaya-Jogja, Surabaya-Banyuwangi, Jogja-Bandung, dan Bandung Jakarta. Dan sejauh ini, dari sejumlah jalur kereta yang pernah saya lewati, Jalur Bandung-Jakarta yang melewati daerah Padalarang-lah yang memiliki pemandangan terbaik. Sungguh saya benar-benar menikmati pesonanya. Meskipun jalur tersebut masih dipergunakan selain kereta Parahnyangan, namun saya tetap berdoa, semoga suatu saat kereta Parahyangan dapat beroperasi kembali, dan menjadi transportasi yang nyaman bagi banyak orang, amin.


Oh, iya. Sementara itu kereta JogloSemar yang menghubungkan Jogja-Solo-Semarang sudah beroperasi. Semoga suatu saat saya bisa menaikinya untuk sekedar main-main ke Lawang Sewu. Ada yang mau nemenin?


sumber foto: google.com

5 komentar:

Sasmita Dini mengatakan...

lucky you! saya belum sempat naik Parahyangan udah keburu diberhentikan operasinya, padahal pengen. huee

Kalau mo Joglosemar, ajak-ajak ya bun! :)

fufi mengatakan...

iya aku juga sekali naik parahyangan. pemandangannya bagus banget breathtaking. malah ga tau kalo udah ga ada :(

Ayos Purwoaji mengatakan...

hohooooo navan nulis lagi.
iya van, aku juga cuman sekali naik parahyangan, dan selama perjalanan aku... tidur! haha jadi nggak bisa nikmatin perjalanan.
kalo nggak salah harganya sampe jakarta itu 20rb doang. murah meriah.

amalia insan kamil mengatakan...

aku belum sempet naik parahyangan padahal rajin ke bandung ==___==a

risyad mengatakan...

sayang gw belom sempet nyoba. padahal minimal sekali sebulan gua bolak balik jakarta-bandung. tp mau gmn lagi ya, travel lebih menjanjikan sih fan. pilihan rutenya lebih banyak, lebih cepet nyampenya. daripada harus turun di gambir dulu. btw nice writing!