Minggu, 28 Juni 2009

Seven Days in A Sunny June



Hah, sudah sebulan lebih saya tidak memberi makan hewan peliharaan saya. Pasti si Kotak Coklat sudah kelaparan. Aduh, tapi saya belum bisa memberinya makanan bergizi. Sudah lama saya tidak melakukan perjalanan. Sudah lama juga saya tidak membuat review film. Sepertinya saya Cuma punya postingan curhat, nih!

Mmm... saya mau cerita minggu tenang kemarin (8-14 Juni), ah. Di mana seharusnya saya menjalani ketenangan sebelum ujian, tapi ternyata malah harus menjalani sejumlah situasi yang membuat tujuh hari tersebut menjadi tidak tenang.

Sepertinya saya harus pinjam judul lagunya jamiroquai untuk menggambarkan minggu tenang ini: Seven Days in Sunny June.

***

Selasa minggu tenang kemarin saya jadi pemandu sebuah diskusi film Equilibrium. Saya diajak sama teman-teman Litbang EQ sekitar dua minggu sebelumnya. Saya setuju saja, sih. Selain buat tambah pengalaman, toh diskusi film juga sifatnya nggak terlalu formal.Tapi saya sedikit kaget sewaktu tahu bahwa film yang akan ditonton adalah: Little Miss Sunshine!

Weiks, saya senang sekaligus takut. Memang Little Miss Sunshine adalah film favorit saya, film yang mengubah hidup saya. Tapi saya takut, soalnya film ini bukan film yang gampang diterima oleh semua orang. Salah-salah malah jadi film yang bikin boring. Sempet minta ganti film ke Litbang EQ, tapi mereka maksa tetep Little Miss Sunshine. Fuh...

Ah, sampai hari H saya tidak tahu apa yang harus didiskusikan dari film ini. Habis film ini hanya berisi tentang motivasi hidup yang disampaikan dari tiap karakter dan tiap permasalahan. Keadaan jadi lebih buruk ketika ternyata Anak-anak Litbang salah pinjem DVD bajakan, subtitlenya pun sedikit kacau. Quotes favorit saya pun berubah: Jika aku menginginkan lalat, aku bisa menemukan jalan untuk lalat... (If I wanna fly, I’ll find the way to fly). Aaarrrgghh...

Dugaan saya terbukti, sejumlah teman memang tertawa pada adegan tertentu, tapi porsi menguap mereka jauh lebih banyak. Diskusinya? Yah, Lancar-lancar gimana gitu. Habis pada pasif semua, pada bingung apa yang mau ditanyakan dan dikritisi. Mau nggak mau saya yang harus lebih banyak ngomong (ngalor ngidul). Tak apalah, yang penting selesai jadi pemandu saya dapet roti kotak dan sebotol Aqua (biasa diberikan ke pematik diskusi atau semacamnya).

Ah, saya jadi terharu, ini pengalaman pertama saya, kapan lagi saya bisa memandu sebuah diskusi film bareng?

Selesai diskusi saya langsung pulang. Tak peduli apa-apa lagi. I hate everyone! Hahaha...

***



Minggu tenang kemaren saya juga ditawari kakak untuk jualan kaos buat event Final Kontes Robot Indonesia. Karena belum pernah ada pengalaman sama sekali soal jualan kaos, bolehlah saya terima tawaran buat tambah-tambah pengalaman. Kaosnya sendiri yang bikin kakak, dari Surabaya. Di sini saya tinggal negosiasi untuk dapet stand di pameran Robotnya, trus tinggal jualan pas hari H. Sekedar info, jumlah kaos yang harus kita jual ada 37 buah.

Saya mengajak dua kawan saya, Zulfan dan D.A sebagai partner. Bukan apa-apa, soalnya mereka berdua sama-sama ada tujuan ke Sempu liburan nanti. Jadinya nanti keuntungan yang kita dapet bakal kita pake buat tambahan biaya ke Sempu.

Stand kita bentuknya paling sederhana. Stand lain pada masang banner dan memamerkan produk-produknya di kaca etalase, stand kita cuma pake satu meja dan dua kursi saja, fuh...

Hari pertama target kita cuma balik modal saja. Tapi ternyata susah juga. Soalnya setiap kali ada yang mau beli, selalu ada saja alasan untuk nggak jadi. Ada yang minta warna lain, ada juga yang minta ukuran buat anak-anak. Tapi yang bikin kita seneng setengah mati, pas ada rombongan dari Padang yang borong kaos 11 buah! Waaa... senangnya!

Hari kedua kami tinggal jual sisanya. Pelan-pelan tapi pasti, akhirnya kaos kami tinggal tersisa 1 buah. Nah, saat itulah kami ditemani satu orang teman lain lagi, yaitu Dini Anggita. Awalnya, sih dia cuma pengen nemenin kami sekaligus masuk pameran gratis. Tapi di dalem pameran ternyata dia ngiler liat sebuah boneka Mario Bros seharga 35.000 rupiah yang dipasang di stand penjualan mainan. Dia sempet merengek-rengek ke kami buat beli si Mario itu. Ya nggak mungkin, lah! Hahaha..

Akhirnya kami ngasih kaos sisa itu ke Dini. Kaos itu kaos sample, yang dari tadi sudah dibuka-buka buat contoh, malah sempet dicoba dipake sama beberapa orang. Nah, kalau Dini bisa ngejual kaos itu, hasil penjualan kaos itu boleh dipake dia buat beli si Mario Bross. Akhirnya dengan segala cara, Dini terus berusaha menjual kaos itu. Ajaib! Kaos itu terjual seharga 30.000 rupiah. dan Dini pun maksa kami buat patungan 5.000 rupiah sebelum dia akhirnya ngacir buat beli boneka Mario Bross. Weiks!

Hari kedua Jam 3 kaos kami terjual habis, kami tinggal menghabiskan waktu di dalam pameran dengan bersenang-senang. Ditambah lagi D.A ikut lomba karaoke. Lengkap sudah...

Ini pertama kalinya saya menjual suatu barang, wajar kalau awalnya saya takut. Tapi ternyata segalanya melebihi ekspektasi saya. Kaos terjual habis, Dini berhasil menjual kaos terakhir, D.A ikut lomba karaoke, bertemu sejumlah teman (Fu, Hesti, dll.), bahkan bertemu teman SMA yang kuliah di Bandung (Dabz). Bolehlah, lain kali jualan lagi, hahaha...

***

Seven Days in Sunny June, selama minggu tenang itulah saya mencoba dua hal baru, yang entah nantinya akan berguna atau tidak. Tapi saya merasa, suatu waktu nanti saya harus selalu mau mencoba berbagai hal baru lagi.

Sebab dalam setiap hal baru yang telah kita coba, satu pengalaman baru akan kita dapatkan, satu ilmu baru akan kita raih, dan satu cerita baru akan kita ukir.

5 komentar:

saiqa mengatakan...

haha..lucu kok pengalamanmu,,

Ayos Purwoaji mengatakan...

saya suka judulnya, saya sekali! wkwkwkwk

Fu! mengatakan...

Tuhh kan van... sama ky aku kan subtitle nya bahasa indonesia.. ahahaa makanya pnjem yang oriiii hehehe

Journal Kinchan mengatakan...

love ur last quote in yellow highlight :D

Navan mengatakan...

@ Mas Saiqa
lucu di mananya, mas?

@ Mas Ayos
Iya, gue banget...

@ Fu!
Hihihi... kalo uda gini, aja. jadi anti piracy! hehehe...

@KinKin
thx, kin!