Minggu, 17 Mei 2009

Kacang


Apa yang lebih buruk daripada menunggu lama sebuah pesanan makanan di tempat makan? Yups, yang terburuk adalah jika selain menunggu lama, kita mendapat bonus kacang, alias dikacangin, alias dilupakan sebagai konsumen. Dan saya mendapatkan tiga kacang sekaligus dalam dua minggu terakhir ini. Saya hanya bisa berteriak AFUUUUU... (umpatan gaya teman saya, Ian)

***

Sekitar dua hari yang lalu, saya bersama teman kos saya, Wildan, makan di warung langganan dekat kos kami. Nama warungnya BaBeGue, dan menu favorit kami adalah nasi goreng gulung. Tempatnya bersih, nyaman, dan harganya cukup terjangkau. Menunya bervariasi, ada nasi goreng gulung, kakap filet krispi, jamur goreng krispi, dsb.

Saat makan malam, BaBeGue cukup padat pengunjung. Kami memesan dua nasi goreng gulung, dan menunggu sambil membaca komik sewaan.

15 menit berlalu, pesanan tak kunjung datang. Awalnya saya memaklumi karena padatnya pengunjung. Setelah beberapa saat kemudian datanglah mbak pelayan membawa satu nasi goreng gulung. Sip, pesanan telah datang! Tapi saat itu juga saya langsung gondok, karena nasi goreng gulung tersebut diserahkan kepada seorang wanita yang baru datang 5 menit yang lalu!

Tapi karena ini merupakan tempat makan langganan saya, dan ibu pemiliknya juga sangat baik, kami hanya cukup melaporkan, dan kami segeran dilayani dengan cukup cepat. Usut punya usut, ternyata catatan pesanan kami terselip di balik wajan penggorengan. Huh!

***

Kacang paling aneh saya dapatkan dua minggu lalu saat sarapan soto kaki lima di stasiun Purwosari bersama dua teman saya, Mbak Dini dan Koplak. Pelayanan dari pedagangnya sangat aneh, kalau tidak mau dibilang buruk.

Sekitar menunggu 5 menit ditemani teh hangat, datanglah satu mangkuk soto dan diserahkan ke Koplak, karena sepertinya ia sudah kelaparan. Mangkuk kedua entah mengapa cukup lama datangnya. Saat mbak-mbak datang membawa satu mangkuk soto lagi, mbak Dini mengalah dan soto tersebut diserahkan ke saya.

Baru mau melakukan suapan pertama, Ibu pedagang soto datang dan merebut (Iya, MEREBUT!) mangkuk soto saya dan menyerahkannya kepada pengunjung lain sambil memarahi mbak-mbak yang memberikan soto ke saya tadi.

Saya melongo.

Saya nggak tahu mengapa jalan ceritanya seperti ini. Dan saya nggak tahu harus berbuat apa.

Sementara pengumuman kereta Wonogiri telah tiba, kami bergegas menuju stasiun. Koplak kekenyangan setelah mendapatkan satu mangkuk soto, Mbak Dini kelaparan karena belum mendapatkan satu mangkuk soto, sementara saya gondok karena hanya bisa melihat semangkuk-soto-siap-makan di depan mata saya!

***

Kacang terbaru saya dapatkan tadi malam. Awalnya saya bersama dua teman kos saya, Mas Vincent dan Wildan, lagi ngidam makan mie ramen. Awalnya pengen makan mie ramen di daerah Jakal Km 11. Sayangnya stoknya sudah habis. Akhirnya kami segera menuju warung ramen bernama Sam****. Warung tersebut masih baru dan kami baru pertama kali ke sana.

Sepertinya bakal asyik, karena di dinding ada tulisan diskon 30 persen selama masa promosi. Tidak ada variasi rasa. Hanya ada satu macam ramen. Akhirnya kami memesan tiga porsi ramen biasa dan tiga gelas Es Teh.

15 menit menunggu, kami sempet bercanda kalau jangan-jangan kami bakal mendapatkan kacang lagi. Dan ternyata candaan kami menjadi nyata, setelah Mas Vincent menyadari kalau pesanan kami dilompati oleh 5 pesanan orang lain!

Saya langsung menagih 3 ramen. Tapi tak kunjung datang.

Saat pelayan lewat. Mas Vincent menagih lagi. Tapi pelayannya bilang “Ramennya Habis.”

Kami bertiga langsung gondok kuadrat.

Saya lantas ke dapur ramen untuk melakukan komplain. Empat orang karyawan memandang saya semua dengan takut dan rasa bersalah. Karena saya nggak bisa marah, saya cuma menanyakan,”Bagaimana ini? Saya nggak tahu harus ngomong apa, saya nggak bisa marah!”.

Mereka berkali-kali minta maaf. Mereka bilang akan menyampaikan keluhan ini ke bos mereka.

Karena saya nggak bisa marah, saya cuma minta Es Tehnya digratiskan sebagai ganti rugi. Dan mereka pun menggratiskan Es Teh sambil minta maaf.

Meskipun kacang yang terakhir tidak seaneh kacang saat makan soto di Purwosari, tetapi meninggalkan kesan tersendiri karena ini merupakan komplain pertama kali yang saya lakukan dalam hidup saya, hehehe...

***

Pesan terakhir, kalau teman-teman coklat membuka sebuah usaha:

Jangan jadi kacang lupa pada kulitnya.

Artinya jangan jadi pemilik warung yang ngacangin pembelinya, ya! Hehehe...
____________________________________________________________________
foto: kapanlagi.com

5 komentar:

Dzulfan mengatakan...

Baru inget td mlm saya jg mengalami kjadian spt itu.. sbnrnya cm gr2 yg jual g dgr klo saya dah psen jd trpaksa saya nunggu bbrp mnt lg, pdhl sblmnya da nunggu stgh jam. huiks.
FYI karna pnasaran knp bs dikacangin = dicuekin akhirnya saya buka kbbi dan hasilnya...

2ka·cang, me·nga·cang v 1 membagi-bagi (barang yg didapat dsb); 2 berbuat sesuka hati (atas milik orang);
mem·per·ka·cang v memboroskan (menghabiskan) milik orang lain

mngkin yg dimksud adalah berbuat sesuka hati itu ya ^^

Anonim mengatakan...

ahahahahha... mas nabun nek nesu rupane medheni.

rupa sensitif bakal nggrawut ngono kae.

wah, belum pernah nek dikacangin sampe "anu (misal:ramen)-nya habis mas"
biasane nek pesenannya udah kelupaan njuk tak tinggal pergi "ga jadi aja"

Ayos Purwoaji mengatakan...

hahaha nice story bun! see u on UGM jazz!

W. Darma mengatakan...

waw...
kacang mu enak sekali bun..
(otak saia lagi konslet jadi gatau mau nulis apa)

saiqa ilham mengatakan...

semoga warung saya tidak seperti itu..